Minggu, 02 Juni 2013

SEJARAH PERADABAN ISLAM DI NEGARA INGGRIS

SEJARAH PERADABAN ISLAM DI NEGARA INGGRIS
A.    Latar Belakang Masuknya Islam Di Inggris
Sejarah pertumbuhan komunitas muslim di Inggris hampir serupa apa yang dialami di Prancis, yaitu melalui proses imigrasi. Imigrasi muslim ke Inggris mulai berlangsung pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 melalui pendaratan para pelaut yang direkrut oleh East India Company (Perusahaan India Timur) dari Yaman, dan  Gujarrat. Setelah dibukanya terusan Suez pada tahun 1869 dan sejalan dengan meluasnya ekspansi kolonial Inggris, para pendatang muslim itu semakin lama semakin banyak dan mulai membentuk pemukiman baru di kota-kota pelabuhan seperti Cardiff Shout Shields (Dekat Newcastle), London, dan Liverpool. Komunitas muslim di negara itu memiliki akar budaya yang berbeda satu sama lain. M. Ali Kettani, dalam bukunya "Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini" mengatakan imigran pertama ke Inggris adalah orang Yaman dari Aden. Mereka menghimpun diri di Cardif dan di situ membangun salah satu masjid pertama di negeri itu pada tahun 1870. Sebelum pergantian abad, datang kelompok muslim lain dari India dan menetap di dekat London, di sana mereka membangun masjid Shah Jehan di Woking. Sekitar abad ke-19, sejumlah pengusaha muslim juga  telah berniaga ke kerajaan Inggris. Salah satunya adalah perusahaan terkenal "Mohamed’s Baths” yang didirikan oleh Sake Deen Muhamed (1750-1851).
Di samping itu, pada tahun 1930-an, gagasan rencana pembangunan masjid pusat di London juga muncul sebagai respons atas pembangunan masjid di Paris pada tahun 1926 yang juga mendapat perhatian dara Raja Goerge IV pada tahun 1944. Namun, berbagai kendala seperti terjadinya Perang Dunia II dan masalah yang dihadapi pemerintah lnggris akibat kemerdekaan India dan Pakistan, menyebabkan pembangunan masjid tertunda hingga tahun 1970-an. Baru pada tahun 1977, Masjid Pusat London dengan Islamic Cultural Center (Pusat Kebudayaan Islam)-nya akhirnya diresmikan  dan dewasa ini menjadi terkenal. Pertambahan jumlah masjid dalam perkembangan-perkembangan selanjutnya di Inggris sesungguhnya mencerminkan peningkatan jumlah komunitas muslim di Inggris. Peningkatan itu berhubungan erat dengan tahapan sejarah imigrasi kaum muslim secara besar-besaran dari berbagai negeri muslim ke Inggris tahun 1950-an, dan sebagai akibat penyatuan kembali keluarga imigran yang diterapkan awal tahun 1960-an, terutama dari India, Pakistan, dan Bangladesh. Selain itu, sehubungan dengan terbitnya "Commonwealth Immigration Act" (Undang-undang Imigrasi Persemakmuran), tahun 1962, yang semakin memberikan kemudahan untuk menjadi warga negara Inggris bagi warga negara bekas jajahan Inggris, juga turut mendorong laju migrasi ini.
Pola distribusi pemukiman muslim tidak merata, baik secara geografis maupun etnis. Kendati demikian, ada konsentrasi tertentu, misalnya penduduk muslim India di West Midlands, Arab dan Iran di Cardif Liverpool, dan Birmingham. Turki-Cyiprus di wilayah Timur London, serta Pakistan dan Bangladesh di Bradford. Begitu signifikannya komunitas muslim Pakistan dan Bangladesh itu di Bradford, sampai orang menyebutnya kota ini sebagai Islamabad-nya Inggris. Dari perspektif mazhab, muslim di Inggris mayoritas bermazhab Hanafi, sisanya Syaf i,  Ja'fari atau Ismaili.[1]

B.Perkembangan Islam di Inggris dalam segi sosial Budaya
Di Inggris agama Islam berkembang dengan pesat. Hal ini didukung dengan kepeloporannya dalam pemindahan Universitas Islam Toledo di Spanyol ke Inggris. Sejak itu Inggris mernpunyai Universitas Cambridge dan Oxford. satu tokoh yang amat berjasa dan aktif dalam penyebaran ilmu pengetahuan agama Islam, Ia mengganti namanya menjadi Pekus Al Ponsi, dan beliau menjadi dokter istana Raja Henry I. Pengembangan Islam dilakukan tiap hari libur, seperti hari Sabtu dan Ahad, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. hasil penelitian bahwa, di Inggris saat ini terdapat 14.200 mualaf berkulit putih, yang datang dari kalangan bangsawan, pejabat sampai celeberitis. Mereka berbondong-bondong bersyahadat (memeluk Islam) oleh karena merasa gersangnya nilai-nilai kehidupan di Barat. Perkembangan Islam di negeri ini sangat pesat dirasakan sebelum terjadinya Tragedi 11 September. Dari segi kuantitas bisa dilihat dari perkembangan yang disebut tadi. Demikian juga dari segi kualitas, kaum Muslim di sana tidak banyak mendapatkan kesulitan yang berarti tatkala berusaha mengimplementasikan keberagamaannya. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah Inggris yang secara tegas membebaskan seluruh warganya untuk memeluk dan menjalankan ajaran-ajaran agamanya. Artinya, setiap warga negara Inggris tidak dibatasi dan dilarang untuk memeluk suatu agama apa pun.
Berkembangnya Islam di kampus-kampus di Inggris, Sehingga banyak kegiatan yang dilakukan yang sifatnya dalam bentuk mimbar bebas, bahkan mereka juga aktif mengikuti kegiatan nasional. kegiatan sosial budaya Islam di kampus-kampus juga ada hubungannya dengan kompetisi diantara mahasiswa untuk menempati posisi penting di student union atau senat mahasiswa. Kemungkinan lain lagi, banyak mahasiswa dari negeri muslim, Malaysia, Libya, Iran, Turki, Saudi, Palestina, dan negara lainnya yang kuliah di Inggris. Disamping organisasi-organisasi keagamaan muslim dan organisasi Islam yang tumbuh di kampus, juga ada beberapa organisasi-organisasi Islam lain yang banyak berperan mensosialisasikan Islam melalui gerakan dakwah dan kampanye budaya yang menarik bagi rakyat Inggris tentang Islam, sehingga banyak penduduk pribumi Ingggris yang tertarik mameluk Islam, di antaranya yaitu:
1. The Islamic council of Europe (Majlis Islam Eropa) berfungsi sebagai pengawas      Kebudayaan Eropa.
2. The Union of Moslem Organization ( Persatuan Organisasi Islam Inggris)
3. The Asociation of British Moslems (Perhimpunan Musli
m Inggris)
4. Islamic Fondation dan Moslem Institute.
Perkembangan Islam di Inggris  cukup mendapat apresiasi dalam hal  kehidupan sosial budaya di Inggris yang  mayoritas non muslim tidak terlepas oleh karakteristik ajaran Islam yang sangat toleran, inklusif, dan sangat menghargai hak-hak kemanusiaan. Maka wajar jika pangeran charles, putra mahkota Inggris  mengungkapkan apresiasinya bahwa prinsip-prinsip yang dianut dalam Islam akan mampu menyelamatkan dunia.[2]

C.    Posisi umat Islam Inggris dalam Konteks Kebijakan politik Global
Pasca Tragedi 11 September 2001, yang ternyata memberikan dampak yang sangat hebat bagi Muslim di Inggris. Bukan lagi seputar isu, namun lebih dari itu, tindakan rasial yang selama ini hanya sedikit jumlahnya menimpa kaum muslimin di sana, setelah tragedi tersebut dari sisi kuantitas semakin sering dialami oleh kaum muslim di berbagai sektor kehidupan. Sikap rasis dilihat di tempat-tempat pusat kebudayaan lslam. Sering terjadi, sebagian dari kaum muslim yang bepergian mengalami tindakan serupa, di bandar udara atau stasiun kereta api internasional. Untuk meredam kemungkinan dampak negatif yang dialami komunitas muslim, sehari setelah serangan itu, Perdana Menteri Tony Blair menyatakan, "Tindakan yang tercela (pengeboman WTC) itu sangat kontras dengan nilai-nilai Islam.
kebijakan yang diambil oleh PM Tony Blair terkait dengan kebijakan dalam dan luar negerinya bertentangan satu dengan lainnya. Namun, jika diamati lebih lanjut, ternyata apa yang diambil justru saling menguatkan. Memang, jika diamati dari kebijakan luar negerinya, Inggris cenderung memusuhi Islam. Kondisi ini tampak pada bagaimana keseriusan Inggris bersama AS menggempur Afganistan dan Irak yang menyiratkan secara tegas kebenciannya pada Islam. Belum lagi jika dilihat dari akar sejarah, Inggrislah yang menghancurkan Daulah' Khilafah Islamiyah di Istambul Turki.
Dari sini dapat dipahami mengapa dalam kerangka politik luar negerinya, lnggris begitu benci terhadap negeri-negeri Islam. Namun, kebijakan sebaliknya, yaitu melindungi warga muslim, diambil dalam kebijakan politik dalam negeri Inggris. Bukan hanya warga muslim yang sudah sejak lama menjadi warga negaranya, namun tokoh-tokoh muslim pelarian dari berbagai negeri muslim pun dapat dengan mudah mendapatkan suaka untuk selanjutnya melanjutkan aktivitasnya seperti yang dilakukan di negeri asalnya. Artinya, seluruh kaum Muslim, selama dia masih menjadi warga negara Inggris, akan senantiasa dibela dan dilindungi, baik tatkala dia berada di dalam wilayah Inggris maupun bukan.
institusi Inggris mengatur dan melindungi kebebasan setiap individu untuk berekspresi dan mengeluarkan pendapatnya. Pemerintah Inggris ingin tetap mencitrakan diri sebagai negara demokrasi yang senantiasa menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi dan HAM. Oleh karena itu, setiap warga negara dijamin kebebasannya mengeluarkan pendapatnya walau berseberangan dengan pemerintah atau bahkan cenderung menghina. Sebagai contoh apa yang terjadi dalam demonstrasi menentang kebijakan Blair menggempur Irak. Para demonstran menggambarkan Blair sebagai kaki tangan Bush dengan replikasi Bush sebagai tuan sedangkan Blair sebagai anak buah, Penghinaan ini tidak dituntut sama sekali oleh pemerintah. Kondisi ini menunjukkan betapa kebebasan mengeluarkan pendapat sangat dijunjung tinggi.[3]



D.    Tantangan dan Peluang dalam Mengembagkan Islam di Inggris
Sebagaimana dikemukakan, bahwa pertumbuhan muslim di Inggris terus berlangsung disebabkan oleh datangnya kaum imigran dan konversi agama di kalangan penduduk pribumi yang banyak memeluk Islam dalam setiap tahunnya. Namun, perkembangan Islam yang meningkat cukup drastis itu koran dan majalah Inggris mulai menggerakkan isu menentang kaum muslimin. Majalah Time out terbitan London dalam nomor terbarunya mencetak covernya dengan bahasa Arab dengan nada tanya Apakah masa depan London di tangan lslam? Isinya sendiri menunjukkan ketidaksetujuannya dengan pertambahan jumlah penduduk muslim di negara ini. Ia meminta kepada non muslim agar melakukan aktivitas yang dapat menghambat lajunya pertambahan penduduk muslim ini. Pasca tragedi WTC, terjadi pula perubahan sikap pemerintah terhadap komunitas Muslim. Pada tanggal 17 Februari 2010, surat kabar The Guardian melaporkan bahwa pemerintah Inggris sedang mempertimbangkan rencana yang akan mengakibatkan ribuan lagi kaum Muslim bisa dianggap sebagai kaum ekstrimis.
Tantangan yang sifatnya dari dalam Islam, yang kadang menghambat sehatnya gerakan dakwah Islam di Inggris adalah kaum imigran muslim masih sangat menonjolkan perbedaan kebiasaan dan sikap hidup yang terbawa dari negeri asalnya. Di samping itu juga, belum menyatunya potensi umat Islam dari trend pengkotak-kotakan dalam aliran dan paham keagamaan yang ada di Inggris. Namun, dibalik tantangan tersebut di atas, peluang ber-Islam dan mengembagkan Islam di Inggris pada perinsipnya terjaga. Paling tidak, jika dianalisis lebih jauh ada lima hak fundamental yang dijamin, yaitu, hak untuk menjalankan ajaran islam, hak untuk belajar, hak untuk mendirikan organisasi,  dan hak untuk naik banding hukum.[4]

E.     Bukti Kejayaan Islam Di Inggris
a.Pengenalan Dunia islam di London (Inggris)
Proses kebangkitan islam tidak bisa terelakkan, berbagai kejutan kejutan sudah dibuat. Misalnya pernah diselenggarakan “world of islam festival” di London (inggris) dari bulan april hingga akhir juni 1976. Panitia itu berhasil  mengumpulkan barang-barang kebudayaan islam dan kira-kira 30 negeri islam yang berasal dari 250 museum, perpustakan dan koleksi pribadi. Di tampilkan pula kekayaan literatur dan arsitektur dunia islam dari abad ke abad.
Penggagas dari pengenalan budaya-budaya islam ini adalah “world of islam festival trust”, suatu  badan pecinta kebudayaan, diketahui seorang diplomat dan pakar bahasa arab, sir Harold beeley. dari delapan anggota, dua orang muslim: yahaya at-tajir, duta besar uni emirat arab London dan sheikh shukri.
Latar belakang diselenggarakan pengenalan islam di inggris  terbagi ke dalam beberapa faktor diantaranya:
1.      Dari 25 juta umat islam yang bertebaran di eropa barat dan timur, satu juta berada di inggris.
2.      Sebagian besar Islamic center dan organisasi-organisasi islam yang bertebaran di eropa barat berpusat di kota London (inggris) yang bernama “Islamic council of Europe”
3.      Yang pertama kali memperkenalkan Al-Qur’an ke eropa adalah seorang sarjana inggris, Robert ketton, dengan menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa latin pada abad 12.
4.      Kamus arab-inggris pertama disusun oleh seorang sarjana inggris, E.W. Lans dan kamus turki-inggris oleh sir james redhouse.[5]


b. Jumlah Penduduk dan Masjid di Inggris
            Pada tahun 1951, penduduk muslim di negara itu diperkirakan baru mencapai 23.000 jiwa. Sepuluh tahun belakangan, populasi penduduk muslim di Inggris menjadi  82.000, dan pada tahun 1971 sudah mencapai 369.000 jiwa. Dan saat ini,  jumlah penduduk muslim di Inggris sekitar 2 juta jiwa. Pendapat lain, dikemukakan oleh M. Ali Kettani bahwa pada tahun 1971, ada sekitar setengah juta muslirn di Inggris, atau 1,8 % dari jumlah penduduk. Angka ini pada tahun 1982 naik menjadi 1.250.000 muslim (2,2 % dari penduduk). Pemukiman kaum muslim di Inggris umumnya terkonsentrasi di kota besar. Di London, penduduk muslim merupakan komunitas kosmopolitan yang terdiri dari macam-macam latar belakang kebudayaan. Hampir separuh dari jumlah keseluruhan kaum muslim di Inggris tinggal di London dan wilayah sekitarnya. Sekitar dua pertiga sisanya bermukim di West Midlands, Yorkshire, Glasgow, dan wilayah-wilayah di sekitar Manchester.
Di Inggris pada akhir 1960, hanya tercatat sembilan masjid sebagai tempat ibadah. Dan hanya bertambah empat masjid lagi selama lima tahun berikutnya, tetapi pada 1966, terdapat loncatan sehingga jumlah masjid terus bertamabah delapan buah tiap tahunnya. Secara kuantitatif, jumlah masjid di wilayah Inggris diidentifikasi oleh M. Ali Kettani, bahwa ada sekitar 100 masjid di daerah London Raya, 50 di Lancashire, 40 di Yorkshire, dan 30 di Midlands, ada 3 masjid di Skotlandia, dan 2 di Wales, serta 1 buah di Belfast. Sumber lain, mengemukakan bahwa berdasarkan catatan dr Registeral-General, sebuah departemen pemerintahan di England dan Wales mencatat jumlah masjid bertambah di Inggris dari tahun 1963 hanya berjumlah 13 buah, menjadi 49 pada tahun 1970, 99 pada-tahun 1975, 193 pada tahun 1980, 314 pada tahun 1985, dan 452 pada tahun 1990. Tentunya, saat ini terus mengalami peningkatan jumlah seiring semakin berkembangnya Islam di Inggris pada saat ini. [6]



c. Organisasi, Kelompok dan Aliran
            Di Inggris, Alawiyah yang menjadi organisasinya orang-orang Yaman. Sementara orang-orang muslim yang berasal dari asia selatan banyak bergabung dengan aliran tarekat Naqshabandiyah dan Qadariah. Selain organisasi-organisasi tersebut, ada lagi gerakan lain yaitu Doebandi  dan Barelwi. Kedua gerakan ini masih beraliran sufi, dan berkaitan erat dengan pusatnya di asia selatan. Dalam konteks islam yang “mendunia (internasional)”, terdapat organisasi jamaat al-islam, yaitu organisasi yang didirikan dan dipimpin oleh Al-A’la  Al-Maududi sampai meniggalnya pada 1980. Organisasi ini menerbitkan The Muslim Educational Tust yang didirikan denagn tujuan untuk mendorong pengajaran islam bagi anak-anak muslim di sekolah-sekolah negara, kemudian UK Islamic Mission yang beroperasi dalam pengajaran Al-Qur’an bagi anak-anak muslim.
            Pada tahap selanjutnya, terdapat The Muslim Brotherhood yang menjadi tempat berkumpulnya para pendiri utama lahirnya The Federation of Student Islamic Societis (FOSIS) yang menjadi kelompok dari organisasi-organisasi kesejahteraan mahasiswa yang berbasis di London. Akhirnya pada 1970, didirikan organisasi pelindung  yang di sebut The Union of Muslim Organization. Namun, Muslim inggris terlalu beragam untuk di persatukan sehingga persatuan ini hanya berhasil menyatukan dalam menangani isu-isu praktis yang terdapat di permukaan.[7] 

d. Perusahaan Asuransi  Islam  Pertama di Inggris

Di tengah penerimaan putra-putri minoritas muslim di negara-negara Barat, di bukalah perusahaan asuransi Islam pertama di Inggris pada Bulan April lalu. Perusahaan yang kegiatannya sesuai dengan syariat Islam.
Langkah ini diumukan setelah Kementerian Keuangan Inggris bertekad untuk membuka kegiatan keuangan yang berbasiskan pada system Islam, dengan target bertumbuhnya investasi dan kemajuan ekonomi di Inggris. Sekaligus keinginannya agar Inggris menjadi Negara Eropa pertama yang membuka aktifitas keuangan berupa asuransi yang di motori oleh perusahaan-perusahan keuangan besar, dengan praktek yang sesuai dengan Syariat Islam, yang mengharamkan riba (fawaid bankiyah).
Sebelumnya di Inggris telah didirikan bank-bank dan perusahaan-perusahaan yang dalam praktek aktivitasnya sesuai dengan syariat Islam, guna mewujudkan stabilitas ekonomi. Padahal di waktu yang bersamaan, Inggris masih belum menerima dipraktekkannya sebagian syariat Islam berkaitan dengan urusan (kehidupan) personal, seperti nikah dan cerai cara Islam.
Di Inggris sendiri terjadi perdebatan
yang serius pada bulan Pebruari lalu, setelah Dr. Rown Williams, seorang Uskup Besar Gereja Inggris melontarkan gagasannya berupa dibolehkannya sebagian kegiatan yang mengakomodir syariat Islam di Inggris, terutama di aspek “ahwal syakhshiyah” urusan pribadi, seperti nikah dan cerai. Ia menegaskan bahwa urusan seperti ini merupakan usaha yang tidak bisa dihindarkan lagi.
Lontaran ini langusng mendapat pertentangan dari pemerintah Inggris, dengan menyatakan bahwa gagasan uskup itu hanya ide pribadi, bukan ide dari institusi Keuskupan Gereja.
Pada waktu yang sama, gagasan uskup di atas mendapat dukungan dan sambutan dari lembaga-lembaga dan pemimpin-pemimpin Islam.
Praktek ekonomi dan keuangan di Inggris yang sesuai dengan syariat Islam tidak hanya asuransi Islam. Jauh-jauh sebelumnya, telah didirikan bank-bank Islam dan bentuk-bentuk transaksi-transaksi keuangan berbasiskan syariat Islam.
Semenjak didirikan, praktek bidang keuangan Islam telah membuktikan keberhasilannya dalam menjalankan usahanya, dan berhasil menyedot nasabah dan investor di seluruh dunia.[8]

e. Kisah Seorang  Wanita Muslim Berkebangsaan Inggris
            Sara (Christine) Murray, ia berumur 37 tahun dan besar di Ayr, Skotlandia.ayahnya seoarng insinyur. Ia punya empat saudara lelaki dan perempuan. Ibunya dulu adalah seorang anggota gereja Skotlandia. Mereka menghadiri gereja dan sekolah minggu setiap minggu. Ia mempercayai kristen hingga ia remaja, lalu ia berhenti pergi ke gereja. Karena seperti kebanyakan remaja, ia lebih tertarik pada kehidupan sosial. Ia melakukan apa saja yang umumnya dilakukan oleh remaja putri, tetapi ia belajar keras. Tahun 1974 ia di tawari empat Universitas, termasuk andrew’s university untuk belajar kimia. Ia pergi ke london dulu untuk liburan musim panas sambil bekerja menjadi pelayan rumah tangga. Di sana untuk pertama kalinya ia mengenal islam dan beberapa bulan kemudian ia pun memeluk agama islam serta mengganti namanya menjadi Sara.
            Dulu ia senang dengan kebebasannya . Akan tetapi, ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Suatu hari ia menemukan sebuah brosur yang memuat ayat-ayat yang di terjemahkan dari Al-Qur’an. Ayat-ayat itu menerangkan bahwa orang-orang yang menjalani hidup shaleh akan mewarisi surga. Tiba-tiba ia berfikir: “TUHAN-NYA benar.” Ia memiliki keyakinan ini. Ia harus menjadi seorang muslim. Suatu hari ia pergi ke Hydre Park dan mendengar seorang muslim berbicara tetang islam. Ketika ia usai bicara, Sara memintanya untuk membantunya menjadi seorang muslim. Ia mandi terlebih dahulu agar tubuhnya bersih di hadapan TUHAN . Ia malu betapa tidak sopannya pakaian yang ia gunakan waktu itu.
            Ia mengerti bahwa ia telah mengambil suatu langkah besar. Dua hari kemudian ia menggunakan jilbab. Ia merasa peka ketika menggunakan pakaian itu, seolah-olah setiap orang menganggapnya tidak normal. Namun, ia menyukai perlindungan yang di berikan hijab kepadanya dan pesan yang di ingatnya bahwa ia tidak di peruntukkan bagi setiap lelaki.
            Pada suatu hari jum’at, beberapa temannya meminta untuk bertemu dengan seorang kawan mereka yang asalnya dari Mesir, Mohammed. Dan mereka berdua merasa sangat cocok. Hari senin berikutnya mereka menikah. Kedua orang tuanya tidak datang, karena mereka tidak menyetujui hubungan mereka. Akan tetapi, lama kelamaan orang tuanya menerima mereka dan membawa anak-anaknya  liburan setiap musim panas.Yang anehnya lagi, ketika seseorang mengecamnya atau agamanya, ibunya segera untuk membela Sara. mereka memiliki seorang putri, Sara dan Mohammed sangat menyayanginya. Ia memperoleh gelar sarjananya berkat dukungan dari suaminya. Sekarang mereka memiliki lima orang anak, dan mereka tinggal di Hampstead, kemudian suaminya bekerja sebagai ekonom.Ia seoarang wanita muslim, tetapi ia juga seorang berkebangsaan Inggris dan ia bangga akan kedua hal itu.[9]




KESIMPULAN
Awal masuknya islam ke Inggris berawal dari imigran dari Yaman, Gujarrat, dan negara timur tengah lainnya. Setelah dibukanya terusan Suez pada tahun 1869 dan sejalan dengan meluasnya ekspansi kolonial Inggris, para pendatang muslim itu semakin lama semakin banyak dan mulai membentuk pemukiman baru di kota-kota pelabuhan seperti Cardiff Shout Shields (Dekat Newcastle), London, dan Liverpool. Lama kelamaan umat muslim yang berada di inggris membuat masjid untuk beribadah mereka, walaupun hanya beberapa masjid yang baru di bangun. Umat muslim yang berada di inggris juga banyak melakukan kegiatan sosial dan partisipasinya di dalam universitas yang ada di inggris.
Organisasi-organisasi islam juga mereka ciptakan di negri inggris, diantaranya organisasi jamaat al-islam, The Muslim Brotherhood, The Union of Muslim Organization, The Federation of Student Islamic Societis (FOSIS) dan masih banyak lagi.
Dengan bertambahnya umat islam di inggris yang mencapai dua juta jiwa, orang-orang muslim yang berada di sana terus berusaha untuk membangun masjid lebih banyak lagi. pada tahun 1960, hanya tercatat sembilan masjid sebagai tempat ibadah. Dan hanya bertambah empat masjid lagi selama lima tahun berikutnya, tetapi pada 1966, terdapat loncatan sehingga jumlah masjid terus bertamabah delapan buah tiap tahunnya.
            Setelah mereka mengenal dengan proses birokrasi dari pemerintahan lokal, masjid baru bertambah terus sehingga tercatat penambahan sekita 20 sampai 30 masjid tiap tahunnya. Pada akhir 1985, terdapat 329 masjid yang tercatat, dan di perkirakan banyak masjid yang didirikan tetapi tidak sempat tercatat.





DATAR PUSTAKA

Thohir, Ajid. 2009. “Perkembangan Peradapan Di Kawasan Dunia Islam” Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ismail, Dr Faisal M.A. 1996. “Paradigma Kebudayaan Islam” Yogyakarta: Titian Ilahi Press
Mulyana, Dr Deddy M.A. 1996. “Berpaling Kepada Islam (kesaksian muslim Amerika, Eropa dan Australia )” Bandung: PT remaja Rosdakarya.




[5] Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam, Titian Ilahi Press, 1996, h. 180-182
[6] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, PT Raja Grafindo Persada, 2009, h. 330-331.
[7] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, PT Raja Grafindo Persada, 2009, h. 331-332.
[9] Deddy Mulyana, Berpaling kepada islam(kesaksian muslim Amerika,Eropa,dan Australia),PT Remaja Rosdakarya,1996 h. 188-191.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar